Senin, 28 November 2016

Pengalaman 2 tahun Ko-As di RSGM FKG UNAIR

  
Sebagai salah satu Fakultas Kedokteran Gigi tertua di Indonesia dengan akreditasi A, FKG Universitas Airlangga tentu aja punya fasilitas Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) sendiri, yang lokasinya bertempat di Kampus A UNAIR, Jalan Prof.Dr.Moestopo no.47, Surabaya. Masih banyak ya kayaknya yang belom tau? Hehehe

Di RSGM FKG Unair ini melayani pemeriksaan dan perawatan kesehatan gigi, mulai dari sariawan dan kelainan rongga mulut, tambal gigi, membersihkan karang gigi, cabut gigi, gigi palsu, implan, perawatan ortodontik (kawat gigi), sampai operasi minor kelainan rongga mulut. Tentu saja dengan tarif perawatan yang lebih murah dibandingkan dengan praktek dokter gigi pribadi atau di Rumah Sakit lain. Tapi jangan underestimate karena harga yang miring ya, kualitas pelayanan dan perawatan di RSGM tetap menjadi prioritas, dan selalu dikontrol oleh dosen-dosen tiap bagian.

Ini memasuki tahun kedua ku sebagai Ko-As di RSGM FKG Unair. Jadi setelah lulus S1 Pendidikan Dokter Gigi, mahasiswa FKG dapat memilih program studi profesi Dokter Gigi dengan menjadi Ko-As atau Dokter Gigi Muda di RSGM FKG Unair selama 2 tahun pendidikan. Disini, kami ngga lagi hanya belajar teori, tetapi mulai menerapkan apa yang sudah kami pelajari selama 3,5 tahun di Prodi S1, termasuk bagaimana cara berkomunikasi dan menangani pasien. Setelah masuk Ko-As, kami ngga semerta-merta dilepas (walaupun sudah dianggap bisa menangani pasien) untuk merawat pasien, tetap selalu ada tes persiapan terlebih dahulu, untuk benar-benar mengetahui bahwa kami siap merawat pasien.

Di RSGM FKG Unair, ngga hanya mahasiswa Ko-As saja yang bekerja disana, tapi juga ada mahasiswa Program Studi Spesialis, yang juga menangani pasien sesuai bidang Spesialisasi yang diambil. Misalnya untuk perawatan Orthodontik (yang sekarang ngehits banget di kalangan anak muda: behel!) yang ditangani spesialis Orthodonsi dan operasi gigi geraham belakang yang ditangani spesialis Bedah Mulut. Para mahasiswa Prodi Spesialis ini adalah dokter gigi yang sedang mengambil pendidikan spesialis, biasanya dikenal dengan istilah PPDGS. Dokter gigi-dokter gigi inilah yang menangani perawatan yang lebih kompleks sesuai bidang spesialisasi yang diambil.

Oke berhubung penulismasih Ko-As, jadi cerita tentang kehidupan dan pengalaman unik selama jadi Ko-As di RSGM FKG UNAIR aja ya hahaha (sekalian curhat).

Memasuki tahun kedua Ko-As, berarti aku sudah melewati putaran stase klinik dan sekarang sedang jadwal putih, yaitu mengejar menyelesaikan requirement di RSGM supaya bisa segera ikut Ujian Kompetensi Dokter Gigi. Jadi dalam waktu 2 tahun, kami melewati 9 stase putaran klinik yang mana kami harus menyelesaikan requirement setiap departemen (stase) yang kami lewati. Beban nya pun berbeda-beda tiap stase, tapi pastinya ilmu dan skill yang kami dapatkan disana akan berguna untuk kami setelah lulus dan bekerja nanti. Ke-9 stase tersebut adalah Bedah Mulut, Ortodonsia (Perawatan untuk gigi yang tidak beraturan dan tidak sesuai lengkung geligi), Prostodonsia (Gigi palsu), Periodonsia (Perawatan jaringan penyangga gigi), Pedodonsia (Kesehatan gigi anak), Radiologi, Konservasi (Restorasi dan perawatan pulpa gigi), IKGM (Kesehatan Gigi Masyarakat), dan Ilmu Penyakit Mulut. Seperti yang udah aku ceritain, beban survive di tiap-tiap stase berbeda-beda, dan setelah menjalani stase tersebut, kami jadi tau nantinya akan punya passion ke arah mana (praktisi-klinisi/akademisi/manajemen rumah sakit).

Dari semua stase yang sudah aku lewati, paling berkesan adalah satse Bedah Mulut dan Pedodonsia (Kesehatan Gigi Anak). Kalau lagi ngumpul sama teman-teman, pasti dua stase ini yang paling banyak cerita nya. Di Stase Bedah Mulut, kami benar-benar dapat banyaaaaak pengalaman klinis maupun Afektif (cie) hahaha. Selain banyak mendapat ilmu dan skill dari dosen maupun PPDGS Bedah Mulut, di stase ini tanggung jawab dan disiplin kami benar-benar diuji. Kami harus tegas, ngga boleh ragu-ragu, dan harus bisa mengerti serta bertanggung jawab atas apa yang kami lakukan, walaupun pada semua perawatan kami juga selalu harus bertanggung jawab. Dan yang paling berkesan adalah, bagaimana menghadapi dan berkomunikasi dengan pasien dengan kelainan-kelainan rongga mulut seperti kista dan tumor. Sebagai (calon) dokter gigi, kami harus bisa berkomunikasi dan menjelaskan dengan baik tentang keadaan yang dialami pasien. Harus jelas, dan diusahakan sampai pasiennya mengerti.

Pernah suatu ketika aku dan seorang teman kebagian untuk melakukan sebuah diagnosa pada kelainan di rongga mulut pasien. Keluhan pasiennya terdapat suatu benjolan di mulut yang mudah berdarah. Aku lupa detilnya. Pasien wanita usia 56 tahun, datang ditemani oleh suaminya. Setelah dilakukan pemeriksaan, ternyata pasien tersebut suspek epulis, yaitu suatu pertumbuhan jaringan ikat yang tipenya mudah berdarah. Kelainan ini bukan termasuk suatu keganasan, tapi lebih baik memang harus segera dilakukan perawatan pengambilan jaringan (eksisi). Pasien yang saat itu datang dengan cemas dengan keadaannya pun kemudian diberi penjelasan tentang keadaannya. Awalnya pasien tampak mengerti, dan akhirnya dilakukan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan lab dan foto rontgent. Keesokan harinya, pasien datang lagi diantar oleh anaknya. Anaknya cerita pada kami, bahwa sepulang dari RSGM kemarin, ibunya menangis di rumah, karena takut terjadi sesuatu yang parah, karena sampai diminta pemeriksaan laboratorium dan lain-lain. Aku dan temanku yang kemarin menjelaskan pada pasien jadi tidak enak hati, apa penjelasan kami kurang dimengerti. Akhirnya kami menjelaskan lagi pada anaknya bahwa kemungkinan keadaan si pasien tidak membahayakan. Ketika cek lab di RSGM, si pasien juga ngga mau ditinggal sama anaknya dan menangis. Aku dan temanku langsung ikutan baper............ Sejak saat itu, kami jadi tau gimana pentingnya penjelasan dari dokter tentang keadaan si pasien. Bagaimana dampaknya pada perasaan pasien.. :')

Pengalaman unik yang kedua adalah di stase Pedodonsia, dimana pasien kamiiii semuanyaaaaa adalah anak-anak. Sebenarnya stase ini adalah stase yang menyenangkan, karena pasien kami (seharusnya) lucu-lucu dan menggemaskan. Hanya jika............. mereka nurut, pemberani, dan nggak rewel :') Keliatan nih yang belom siap jadi ibu hahaha :') Tapi memang diantara stase yang lain, aku lebih enjoy kerja di stase ini.

Requirement perawatan di stase Pedodonsia ini juga lumayan banyak, salah satunya adalah perawatan saluran akar gigi yang mengharuskan pasien duduk tenang buka mulut dalam waktu yang nggak sebentar. Dan ini pasiennya............. anak-anak, yang selalu ngga bisa diam, yang ceria, dan hiperaktif, walaupun ngga semua pasiennya seperti itu sih. Ada juga yang diem dan kalem, saking diamnya, ditanyain apa-apa ngga dijawab :") Menganggukpun enggak :") Kejadian paling kocak adalah ketika akan menunjukkan perawatan pada dosen yang jaga, awalnya si pasien anak-anak ini sudah aku dudukkan dengan manis di atas dental chair, kemudian aku tinggal sebentar untuk melapor ke dosen. Giliran dosennya udah dateng buat ngelihat pasiennya, si pasien malah nggak ada, dan malah lari-larian kejar-kejaran sama teman-temannya :"))))) Dosennya pun karena sudah biasa menghadapi situasi kaya gini, cuma geleng-geleng dan kembali ke tempat semula, sementara aku ngejar si pasiennya lagi, ngedudukin dia di kursi gigi, dan minta tolong teman buat mengawasi. Jangan sampai si pasien keluyuran lagi..... Untuk perawatan tambal juga, dibutuhkan keadaan rongga mulut dan gigi yang akan ditambal dalam keadaan kering, tapi namanya anak kecil juga, dikit-dikit bahan tambalnya dijilat, dikit-dikit mulutnya menutup.... benar-benar stase yang butuh tenaga ekstra :')

Kira-kira itu pengalaman yang paliiiing berkesan selama Ko-As di RSGM FKG Unair. Buat teman-teman yang ingin memeriksakan giginya di RSGM FKG Unair bisa langsung datang ke alamat yang udah aku sebutkan tadi di atas yaaa. Cara pendaftarannya gampang banget, di loket pendaftaran sudah terpampang jelas alur pendaftarannya dan cukup membayar Rp 5.000,- untuk administrasi pendaftarannya. Jangan khawatir perawatannya bakal ngga secanggih di praktek dokter gigi pribadi atau rumah sakit ;;)
Loket Pendaftaran
Teman-teman seperjuangan :")
Foto bareng pasien Pedo, jaman stase yang butuh tenaga ekstra :"

Tulisan ini ditulis dalam rangka partisipasi dalam kontes Blogging Unair.
Untuk info lebih lanjut bisa klik disini.
Web

Sabtu, 05 November 2016

#RePost Ayo dukung #RevolusiMentalIndonesia . Siapa bilang #BidangKesehatan ngga perlu direvolusi juga?

#REPOST from http://raraaarar.blogspot.com
 
Tulisan kali ini ngga disponsori kampanye apa-apa kok, bukan buat ikutan lomba nulis essay apapun. Ini curahan hati aku sebagai mahasiswi Koas Kedokteran Gigi di sekolah per-gigi-an terbaikse Indonesia (Kata salah seorang teman dari Malaysia ketika ditanya "Kenapa kamu kuliah disini?") :')
Jadi, gejolak di hati (cie) mulai memuncak ketika salah satu teman sekelompok Koas mendapat SMS Super horor. Bukan dari penipuan mama minta pulsa, atau dapet hadiah dengan cara mengkontak nomor yang disebutkan. Bukan. Tapi SMS yang isinya bahwa si pasien ngga lagi bisa melanjutkan perawatan. Sumpah, bagi kami, SMS yang isinya kaya begini lebih horor dari SMS teror manapun. Ketika pasien ngga bisa melanjutkan perawatan, alternatifnya adalah memohon-mohon ke pasien, atau cari pasien baru yang artinya memulai seluruh perawatan dari awal.

Dengan berat hati karena ngga bisa memaksa, teman aku cuma bisa membalas dengan, "Yasudah bu, kalau memang tidak bisa dilanjutkan. Tapi saya tetap harus menyelesaikan tanggung jawab perawatan saya ke adek A. Ngga etis kalau perawatannya berhenti di tengah jalan, untuk menghindari efek perawatan yang ngga selesai." Si ibu pun akhirnya mau satu kali lagi mendatangkan anaknya untuk melanjutkan perawatan terakhir. Kebetulan pasien tadi adalah pasien stase Pedodonsia (Kesehatan Gigi Anak) yang sedang dalam perawatan tambal. Giginya sudah dibersihkan dari jaringan-jaringan tidak sehat, tapi belum sempat ditambal, sudah menyatakan ngga bisa datang lagi. Sebagai yang mengerti medis, kami tentu aja ngga bisa ngelepas tanggung jawab dengan menghentikan perawatan. Tentu aja, kami harus pastikan gigi itu ngga apa-apa setelah dirawat (yang ngga selesai).
Sebenarnya, yang bikin kami ngga rela melepas pasien tersebut adalah......... ternyata orang tuanya telah dihasut oleh beberapa oknum ngga bertanggung jawab yang ada di luar Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) supaya mau jadi salah satu pasien yang dikordinir oleh oknum tersebut. Sebut saja istilahnya: Calo. Iya, Calo. Orang-orang yang berkeliaran menawarkan bantuan kaya kalo kita mau ngurus KTP, SIM, dan surat-surat administrasi lainnya yang kadang-kadang ngurusnya aja setengah mati susahnya, ribetnya. Orang-orang yang menawarkan bantuan tidak dengan cuma-cuma. You know lah, ujung-ujungnya selalu duit. Di Indonesia, ketika kita mau kemudahan, kelancaran, duit salah satu solusinya. Yang ngga setuju boleh mangkat ke Negara Lain.
Calo di RSGM bukan hal yang baru lagi. Dimana ketika kami para koas butuh pasien untuk segera menyelesaikan requirement klinik dan lulus, mereka membantu mencarikan pasien, menawarkan orang-orang yang butuh perawatan. Atau mungkin harus aku luruskan, butuh uang. Dengan iming-iming kalau datang ke RSGM untuk dirawat akan diberikan uang, banyaaak banget orang-orang yang mau datang untuk dirawat. Harga yang dipasang untuk minta tolong si calo inipun ngga murah. Satu gigi dari satu pasien terakhir aku tau dihargai Rp 250.000,- kemudian kita masih harus membayar ke pasien tersebut uang transportasi tiap dia datang ke RSGM yang udah diatur Rp 50.000,- per datang. Bisa bayangin berapa yang harus dikeluarkan si pelanggan calo untuk pasien gigi palsu yang butuh banyak kali datang?
Sebagai orang yang sebisa mungkin ngga pake jasa calo, karena ngga tega minta uang buat bayar dan pasti ngga dibolehin juga sama orangtua, aku termasuk yang bener-bener sedih liat fenomena ini. Orang-orang yang datang berobat di RSGM lewat si calo tujuannya bukan mendapatkan perawatan, tapi uang. Beberapa pasien yang datang sendiri karena butuh perawatanpun juga jadi sasaran si calo, yang diiming-imingi akan dapat uang kalau mereka datang ke RSGM lewat si calo. Udah gitu banyak pula yang berminat.
Perawatan gigi di RSGM menurut aku udah termasuk murah banget, apalagi semua prosedurnya diawasi oleh Dosen yang notabene Dokter Gigi Spesialis yang selalu update ilmu pengetahuan tentang perawatan terbaru. Kalau tambal gigi di klinik dokter gigi umum dan Rumah Sakit, biayanya bisa mencapai Rp 300.000 per-gigi. Sedangkan di RSGM? Cuma bayar Rp 40.000 aja gigi kalian yang berlubang udah bisa terawat. Walaupun begitu, pasien RSGM tetap sepi. Kalau tampak banyak, ya.. sebagian besar adalah pasien yang dibawa calo, yang datang untuk dapat uang. Untuk Koas Gigi yang bisa membayar calo untuk mendapatkan pasien, tentu saja bisa lulus lebih cepat dari yang ngga punya pasien. Jadi, apa istilahnya orang yang ngga punya ngga bisa lulus cepat? Gitu?
Kami para Koas Gigi yang berusaha ngga pakai jasa calo biasanya cari pasien bareng-bareng sampai masuk ke gang-gang kecil. Menawarkan perawatan. Mulai dari melakukan pemeriksaan gigi gratis di sekolah-sekolah, sampai keliling jalanan bawa kartu nama siang-siang. Hanya untuk cari orang yang butuh perawatan dan bisa kami bantu. Seringkali kami para Koas Gigi dipandang sebelah mata hanya karena kami "belum dokter". Beberapa orang yang kami temui menanyakan hal-hal yang sumpah ini bikin sedih banget banget seperti "Ini dibuat praktek ya, mba?" "Ini yang nanganin mahasiswa ya, mba? Bukan dokternya?" "Em.. ngga berani deh kalo bukan dokter yang mengerjakan.". Bahkan salah satu sahabatku sendiri ada yang ngga mau dirawat, kalau bukan dokter yang merawat. Sedih. 
Biasanya kalau bawa pasien sendiri ke RSGM untuk dikerjakan, sebagian besar Koas Gigi bahkan menggratiskan perawatan, sebagai ungkapan terima kasih sudah mau dirawat giginya. Aku dan teman-teman pun yang cari pasien lewat socmed kadang-kadang kalau ditanyain "Perawatannya gratis?" kami langsung mengiyakan. Karena kami memang butuh :") Perawatan gratis yang dimaksud disini ngga semerta-merta free of charge. Kami para Koas Gigi lah yang membantu pembiayaan pasien-pasien. Kadang-kadang pun kalau ada pasien yang datang sendiri ke RSGM dan merasa keberatan dengan biaya, kami bersedia membantu semampu kami.
Balik lagi ke cerita pasien teman yang ditikung calo, orang tua si pasien bilang kalau anaknya ngga bisa lagi jadi pasien temanku, dan mau datang lagi sebagai pasien kalau lewat si ibu calo. Tanpa sungkan-sungkan, orang tua pasien temen bilang begini: Katanya kalau dirawat lewat ibu X dapet uang 50.000, mba.
Temanku tadi dapet pasien itu hasil cari ke gang-gang, yang tiap datang dibantu dengan uang transport yang memang ngga Rp 50.000,- sih, akhirnya diperlakukan kaya begitu. Pasiennya ditikung sama calo, yang dengan hebatnya menawarkan uang Rp 50.000 tiap kali datang. Nyesek banget ngelihat mental orang-orang disekitar kita rendah banget. Aku berani bilang begitu. Akhirnya temanku tadi menyelesaikan tanggung jawab dia yang terakhir ke pasiennya. Dan lebih sedih lagi, ketika pasiennya selesai dirawat, si pasien yang notabene masih anak kecil, umur 5 tahun, udah bisa nanya, "Kak, nanti ini dapet uang 50.000 ya?"
Aku denger langsung si anak bilang begitu, karena waktu itu nemenin temen merawat. Seketika badan langsung lemes. Anak kecil, bisa bilang begitu. Bisa menyimpulkan kalau dirawat itu menghasilkan uang. Dirawat lho ya, dirawat. Yang seharusnya dirawat itu mendapatkan perawatan dan menghilangkan keluhan kesehatan, ini sudah berubah sistemnya menjadi kalau dirawat mendapat uang. Apalagi ini anak kecil yang ngomong gitu. Bisa-bisanya si orang tuanya bilang ke anaknya kalau bakal dapet duit.
Inilah.. mental yang harus direvolusi.
Kalau ada yang tanya, apa dari pihak RSGM sendiri ngga mengetahui adanya calo-calo ini? Jawabannya mereka tahu. Tapi sebagian besar menutup mata, hati, telinganya.
Pernah suatu ketika aku ada kesempatan ngobrol dengan beberapa dosen di RSGM, sambil sedikit mengeluh soal kasus-kasus yang belum diselesaikan, dan juga calo. Salah satu dosen yang waktu itu ngobrol bareng kebetulan adalah Penanggung Jawab Departemen yang meng-haramkan perawatan pasien calo ketika di Stase nya. Dengan segala pertimbangan bahwa pasien calo itu ngga jelas. Pasien-pasien calo kadang-kadang memalsukan identitas dan riwayat kesehatan saat dibagian triage, sehingga bisa lebih cepat masuk ke UPF untuk perawatan. Yang berbahaya adalah, beberapa pasien calo yang suspect HIV/AIDS bisa lolos sampai ke UPF untuk ditangani oleh Koas Gigi. Apalagi di beberapa stase departemen, ada perawatan yang memang banyak menyangkut perdarahan, seperti cabut dan membersihkan karang gigi. Bisa dibayangkan bagaimana jika pasien calo yang ternyata infeksius itu lolos dari triage (garda depan pemeriksaan umum) dan sampai ke UPF untuk ditangani?
Sudah bayar, membayari, resiko terinfeksi tinggi.
Hanya KOAS GIGI di Indonesia, yang bekerja tanpa digaji, tapi justru mengeluarkan uang.
Dosen yang menentang calo tadi mengatakan kalau pernah mengutarakan pendapat soal pasien calo di rapat besar, tapi karena hanya beliau sendiri yang berpendapat demikian, beliau malah dicerca. Beliau malah dikatakan menghambat mahasiswa, ngga memudahkan. Sikap beliau yang berniat baik melindungi mahasiswa malah ditentang, dengan alasan "Yang penting mahasiswa cepat lulus, entah gimana caranya dapat pasien."
Ada dua departemen yang mengharamkan penggunaan pasien calo di klinik, dan aku bener-bener menghormati dosen-dosen tersebut. Bahkan, salah satu departemen nya, ngga ngebolehin kita untuk membayar perawatannya si pasien. Alasannya adalah untuk ngga membiasakan mereka mendapatkan perawatan gratis atau menerima uang setelah perawatan. Aku kenal dua dosen tersebut, dan pernah ngobrol soal ini. Mereka bener-bener keren. Di saat yang lain ngga mau tau gimana caranya mahasiswa bisa lulus, mereka peduli. Ngga perlu semuanya, tapi ada beberapa aja yang berpikiran sama kaya aku, rasanya masih bisa lah bertahan di Indonesia ini.
Mental orang Indonesia ini perlu direvolusi banget. Semua.
Uang, adalah puncak tertinggi di Indonesia. Semua berlomba-lomba meraihnya. Gimanapun caranya. Ngga munafik, aku juga butuh uang, dan akan bekerja untuk dapat uang, tapi ngga dengan cara seperti ini.
Menghalalkan yang salah, mencela yang benar. Gimana Indonesia mau maju? Orang lampu merah yang sepele aja masih diterobos, trotoar masih aja dipake motor buat nyalip. Siswa yang melaporkan adanya kunci jawaban yang bocor dikucilkan, dimusuhi. Goblok. Salah siapa? Yang bodoh siapa? Kalau sudah gitu, yang marah-marah di Socmed siapa? Yang berkeluh kesah saling menyalahkan siapa? Ga paham lagi sama orang-orang yang mentalnya kaya gini.
Calo-calo itu ngga mungkin bertahan juga kalau ngga banyak koas gigi yang butuh. Koas-koas gigi yang punya lebih uang dan udah putus asa banget cari pasien, terpaksa pesan pasien lewat calo. Dosen-dosen pun menghalal kan calo, tujuannya biar mahasiswa cepat lulus. Paling kaget adalah ketika salah satu ada yang nanya, "Sampe kapan kamu bertahan ngga pakai calo?" *ini seriusan*
Kalau mau su'udzon sedikit, kehadiran calo-calo ini jangan-jangan ada hubungannya sama......?

Menurut aku sih, promosi kesehatan di Indonesia ini masih kurang banget. Penyuluhan-penyuluhan kesehatan yang kami lakukan ke sekolah-sekolah seakan-akan ngga ada artinya karena sampai di rumahpun ngga dipraktekan. Minat anak-anak sekolah masih kurang, itu terlihat jelas banget waktu aku KKN dan PKL.Tanpa iming-iming, mana ada masyarakat yang mau berpartisipasi. Dulu juga sempat punya program PKM ke komunitas anak jalanan, yang ujungnya penyuluhan kami ngga terlalu sukses. Alasan dari beberapa orang sih karena mereka ngga terlalu membutuhkan, makanya minatnya rendah. Terus butuhnya apa, pak? bu? Uang? :)

Miris juga liat teman sejawat di Kedokteran Umum yang sekarang harus menempuh pendidikan DLP setelah mereka Internship :') termasuk adik saya yang sedang berjuang di sekolah Kedokteran yang perjalanannya masih sangat panjang. Setelah lulus, ujungnya dokter umum diwajibkan ikut program BPJS yang banyak banget manipulasi dan proyek-proyek gelapnya. Kenapa ngga rumah sakit-rumah sakit pendidikan kaya RSGM gini yang kedapetan pasien BPJS? Selain bisa membantu masyarakat dengan modal yang ngga besar dan mengorbankan petugas-petugas kesehatan, kami Koas Gigi juga beruntung karena dapet pasien banyak. Ngga tau deh pernah kepikiran ngga ya kaya gini?

Masyarakat ditawari BPJS supaya berobat di dokter dalam negeri. Sedangkan pejabat-pejabat di Pemerintahan? Pada berlomba-lomba check up kesehatan dan berobat di Negera Lain. Maksude opo?
Begitulah curhatan hati kami Koas Gigi.
Maaf ya tulisannya panjang. Waktu nulis sambil geregetan sendiri, banyak banget yang mau ditambahin sebenernya. Saking banyaknya sampai bingung mana yang pantas ditulis disini. Semoga tulisan ini ngga menyebabkan masalah apa-apa ya :") Semoga juga aku dan teman-teman lain yang masih berjuang sebagai KOAS GIGI di Indonesia bisa cepet lulus dan bisa bermanfaat nantinya di masyarakat.

Jumat, 04 November 2016

Floss Daily


Periodontal Disease

Apa sih periodontal disease itu?

Jaringan Periodontal adalah beberapa jaringan yang menyangga gigi. Diantaranya terdapat gingiva (yang kita kenal sebagai gusi (gum)), tulang alveolar (tulang yang mengelilingi gigi), ligamen periodontal (serat sekeliling gigi), dan sementum. Bisa dilihat di gambar di atas. Mulai dari gum ke bawah, semua adalah jaringan yang menyangga gigi. Ada yang punya bayangan ngga kira-kira, kalau jaringan penyangga gigi tersebut rusak, apa yang akan terjadi?

Oke, pertama kita akan bicarakan penyebabnya dulu ya.
Penyebab penyakit periodontal biasanya adalah plak yang terbentuk dari sisa makanan, yang apabila terlalu lama di mulut akhirnya dia terkalsifikasi oleh air liur kita menjadi kalkulus (Bukan sodaranya matematika, lho!). Kalau sisa makanan masih berupa plak, bisa dibersihkan dengan rajin sikat gigi, menggunakan dental floss untuk membersihkan sela-sela gigi, dan penggunaan obat kumur. Tapi kalau sudah terbentuk kalkulus, tidak bisa dibersihkan hanya dengan sikat gigi, karena kalkulus merupakan bentukan yang keras dan nemplok di gigi serta gusi kalian. Hi...

Adanya plak dan kalkulus ini tentu aja menyebabkan keradangan di gusi kita, dibantu juga oleh bakteri-bakteri yang ada disekitarnya. Akhirnya terjadilah inflamasi (keradangan) gusi yang sering disebut gum disease atau gingivitis. Yang biasanya ditandai dengan gusi kemerahan dan kadang berdarah ketika sikat gigi. 

Selain dari sisa makanan, zat-zat kimia dan panas dari rokok juga mempengaruhi kesehatan jaringan periodontal gigi. Seperti yang kita lihat di gambar, perbedaan jaringan penyangga yang sehat dan radang. Keadaan gingivitis merupakan tahap awal dari inflamasi periodontal. Pada tahap gingivitis, keradangan masih berada di gusi, yang tidak terlalu mengenai tulang dan serat periodontal. Tapi ketika dibiarkan, akan terjadi keradangan yang melibatkan tulang, ligamen, serta sementum. Dapat terjadi penurunan tulang, pelebaran periodontal space akibat perlekatannya yang melebar. Ketika terjadi penurunan tulang yang parah, gigi akan goyang, gusi akan turun sehingga bagian akar gigi tampak.

Selain keadaan-keadaan di atas, penyakit periodontal juga menyebabkan bau mulut tidak sedap, gigi terasa ngilu akibat dari tulang dan gusi yang menurun, dan bahkan berpengaruh ke penyakit jantung lho. Apabila sudah mengenai tulang dan jaringan lain dibawah gusi, maka perawatannya akan lebih bervariasi. Karena itu, sebelum terlambat, segera dan rutinlah membersihkan karang gigi serta periksa di dokter gigi..


Kamis, 03 November 2016

Annyeong~!



Selamat datang di blog Gummy!
Blog ini dikelola oleh (calon) dokter gigi yang sedang berjuang dua bulan ini supaya bisa ikutan ujian Negara bulan Januari >.< Mohon doanya yaaa semoga klinik saya diberikan kelancaran hehe

Niat awalnya bikin blog ini adalah karena....... pengen join lomba blogging di kampus wqwq
Tapi setelah dipikir, ngga ada salahnya juga bikin blog tentang kesehatan gigi..
Rencananya saya akan posting banyaaak informasi-informasi tentang perawatan dan kesehatan gigi, maupun daily life para koas dan dokter gigi (ini nih point utamanya: curhat! haha)
Semoga konten nya bisa selalu konsisten ya!

Kalo Anji-Manji punya slogan "Jangan lupa senyum hari ini,", saya juga punya...

"Jangan lupa sikat gigi hari ini!" :)